Cerita ABG Yuni Gadis Manis Yang Sangat Nakal
Cerita ABG Yuni Gadis Manis Yang Sangat Nakal
DominoQQ-Cerita Dewasa-Hay ,ada ada dengan mu kali ini ??lontarku dengan nada sebel dan kesal kepada Yuni. “Iya nih,,,maaf ya ?ak malas latihan” . ucapnya Sudah sampe berapa kali kamu mengikuti ,kok nada nya gak enak di dengar. Jangan kira kamu gak pernah latihan jadi maennnya bagus ya.???ujaraku.
Yuni kemudian tertunduk lesu dan memandangi sinar gitar nya, seolah olah sepertinya Yuni melihat jemari nya yang kaku.
Cerita ABG Yuni Gadis Manis Yang Sangat Nakal |
DominoQQ-Cerita Dewasa-Hay ,ada ada dengan mu kali ini ??lontarku dengan nada sebel dan kesal kepada Yuni. “Iya nih,,,maaf ya ?ak malas latihan” . ucapnya Sudah sampe berapa kali kamu mengikuti ,kok nada nya gak enak di dengar. Jangan kira kamu gak pernah latihan jadi maennnya bagus ya.???ujaraku.
Yuni kemudian tertunduk lesu dan memandangi sinar gitar nya, seolah olah sepertinya Yuni melihat jemari nya yang kaku.
Aku
agak jengkel, karena sebagai pentolan band, hal yang paling menyebalkan ketika
personil band gak focus dalam bagaian nya.
Apalagi
di tambah jarang sekali berlatih, aku kadang sering pusing ketika pesonil band
ku gak kompak kayak gini. Dimana diriku yang mendapat bagian vocal, personil ku
ini si Yuni yang sebagai pemegan gitar kedua membuat aku sedikit kesal.
Yuni
merupakan personil cewek dari band ku ini, dia berusia 20 tahun. Kebetulan Yuni
bebarengan satu kampus denganku, dan menurutku Yuni jugan berbakat untuk
memainkan gitarnya.
Akan
tapi di ajarang sekali latihan, terdengar dari nada yang di ciptakannya sangat
tidak tepat dan melenceng , tidak focus akan lagu yang aku bawakan, sebagai
pertanda Yuni jarang sekali memegan alat music nya.
Dengan
cara bermusik ini , aku dan rekan se band ku bermain untuk menambah penghasilan
kita masing-masing.
Uang
yang di berikan orang tua kepadaku hanya cukup utuk membayar kossan saja. Dan
uang kuliah kadang dapet dari beasiswa. Namun beasiswa tersebut tidak penuh,
karena itulah aku bermain music untuk mencari uang.
Dan
kadang-kadang aku membuka les music untuk sebagai tambahannya saja. Dari yang
kulihat lewat situs pertemanan instagram, Yuni nampak senang sekali bermain
dengan teman2nya entah itu hangout di kafe, jalan2 ke pantai, maupun berkunjung
ke jogja dengan teman2nya. Itu tidak masalah sebenarnya, tetapi jika dia
meninggalkan latihan gitarnya, itu masalah buatku.
Ada
orang yang bilang kalo personilnya ngaco, berarti bandnya yang ga bener. Itu
membuatku menjadi gemas ketika Yuni selalu membuat kesalahan ketika latihan
bermain.
“Sampai
disini dulu ya, hari ini sampai disini saja”
aku
membereskan semua perlengkapan musik dan buku musik ku.
“tapi
kak…” Yuni memotong ucapanku
“Tapi
kenapa… pokoknya minggu depan kita latihan lagi yang tadi ya, jangan sampe ga
bisa kayak sekarang”.
Aku
segera bergegas keluar, memakai jaket , dan keluar untuk menyalakan mesin
motorku. Sudah mau petang rupanya. Yuni kemudian menyusulku keluar.
“Kak…
maafin aku ya…. Aku emang lagi banyak kegiatan akhir2 ini, jarang latihan….”
Ucapnya.
“Oke
deh… minggu depan perbaikin oke” aku memakai helmku.
“Aku
cabut dulu ya” aku mengendarai motorku.
Dari
spion aku bisa melihat Yuni masuk ke dalam mobilnya nya. Pertemuanku dengan Yuni
bermula ketika aku mengisi acara yang diadakan oleh BEM kampusnya.
Dia
menjadi panitia, Culun Band. Berawal dari ngobrol2 Yuni rupanya bermain gitar
juga dan dia ingin belajar dariku.
Karena
aku mengajar di salah satu sekolah musik yang mentereng di Jogja, kusuruh saja
dia daftar, dan dia pada akhirnya mendaftar untuk menjadi personilku.
Sebenarnya
Yuni menyenangkan, senang melucu dan mudah akrab. Tetapi kekurangannya ya itu,
malas berlatih, entah hari2nya dihabiskan oleh apa selain kuliah.
Apakah
itu main, pacaran, aku tidak terlalu tahu, karena obrolan antara aku dan Yuni
hanya berkisar musik, lokal maupun musik global. Aku kembali ke kos ku,
kunyalakan laptop hasil tabungan sendiri itu.
Sebenarnya
aku bukan dari keluarga yang kurang mampu, hanya saja ayahku orangnya disiplin
dan tidak memanjakan anaknya.
Waktu
aku SMA di Semarang dulu, ketika mampu mencari uang sendiri, aku sudah mulai
meringankan beban orang tuaku dengan tidak meminta uang jajan.
Ketika
sebelum aku SMA, ayahku meninggal dan wasiat terakhirnya adalah agar aku terus
meneruskan sekolah. Kujalani pesan ayahku, dan nyatanya, walaupun hanya dari
mengajar dan bermain music di band, aku bisa menabung, membayar uang kuliah,
dan menyicil motor.
Walaupun
uang untuk kos masih dibantu oleh ibuku. Sedangkan Yuni, bisa dilihat hidupnya
amat mudah. Orang tua yang kaya, dan memanjakan anaknya, terlihat dari Gitarnya
yang terlihat baru dan kinclong, beda dengan peralatanku yang hasil nabung
sendiri itu.
Naik
mobil kemana, jalan2, pacarnya pun aku kenal, walau hanya sebatas tahu sama
tahu saja. Anak orang kaya juga, kehidupan mereka berbeda jauh denganku.
Tampaknya
apa2 saja yang mereka inginkan mudah didapat. Pada saat itu ketika sedang
hujan, aku menunggu hujan reda dulu . Jam 5 harusnya aku sudah di tempat musik
itu. Tapi karena aku memakai motor, maka aku hanya bisa menunggu.
Waktu
terus berlalu. Hujan tidak reda. Maghrib sudah tiba, dan aku sudah menelpon ke
stempat musik itu untuk membatalkan latihan hari ini.
Aku
tidur2an di kasurku, malas untuk keluar kemana2 lagi. Tiba2 handphoneku
berbunyi. Aku melihat layar handphoneku. Ternyata nomor Yuni.
“Halo
kak….” Yuni yang mengawali pembicaraan
“Eh
kamu, ada apa ? udah tau kan latihannya ga jadi ? “ jawabku
“Aku
ada di depan kosan kakak” lanjutnya
“Eh….
Ngapain ? “ aku heran.
Yuni
memutus telponnya dan segera aku bergegas keluar dari kamar kosanku. Dan
kulihat Yunia dengan basah kuyup terguyur air hujan, berdiri di depan gerbang
kosanku.
Tanpa
pikir panjang aku mengambil payung, lari dan membuka pintu gerbang.
“Lho
kamu kenapa ? kok kehujanan ? mobil kamu mana ? “ tanyaku agak cerewet.
Namun
Yuni hanya diam saja dan menggigil menahan dingin, sekilas kulihat matanya
memerah dan ada bekas tangisan. Untung saja tidak ada orang yang lihat, jadi Yuni
bisa masuk ke kamarku. Karena kamar mandinya ada di dalam kamar, kusuruh Yuni
untuk mandi.
Tak
lupa kuberikan kaosku yang ukurannya agak kecil dan celana pendek, juga handuk
yang biasa kupakai. Aku agak khawatir sebenarnya.
Karena
di kosan ini tidak boleh membawa tamu cewek ke dalam kamar. Aku tidak tahu apa
yang bakal terjadi kalau orang2 kosan mengira aku dan Yuni melakukan hal2 yang
tidak di inginkan .
Aku
hanya diam menatap pintu kamar mandi. Suara air mengalir dari shower bisa
kudengar dengan jelas. Tak berapa lama Yuni keluar, dengan memakai baju yang
tadi kusiapkan.
Dia
sedang berusaha mengeringkan rambutnya dengan menggosok2annya dengan handuk.
Bisa kulihat matanya masih merah. “Kenapa sih kamu ?” aku memberanikan diri
bertanya.
“Ceritanya
panjang kak….” Katanya.
Sembari
duduk disampingku, di pinggir ranjang.
“Kalo
ga mau cerita ga usah dipaksain deh” aku lalu berdiri dan memakai jaket.
“Saya
beli makanan dulu ya, kamu diem disini dulu.”
“Jangan
ikut keluar, soalnya di kos ku ini ga boleh ada tamu cewek masuk ke dalam
kamar”
“Jangan
berisik ya, nanti dikirain saya nngumpetin kamu ke dalem” kataku.
Mengingatkan
aku tidak habis pikir. Apa yang ada di pikiran Yuni sehingga dia nekat datang
ke kos ku. Aku berjalan dengan payung di tengah hujan, menuju tukang nasi
goreng untuk memesan 2 porsi, dibawa pulang. Aku kembali ke kamar kosku.
Hujan
telah reda dan Aku membuka kunci kamar, dan melihat Yuni sedang menerima telpon
dengan air mata yang menetes.
Aku
segera menutup pintu kamar dan menyiapkan makanan. Yuni pun hanya diam saja,
dan kemudian menutup telponnya.
“oiyaa…
makan dulu…” aku menegurnya Yuni hanya diam.
Sejenak
kami berdua terdiam beberapa saat.
“Kak…
ada tisu ?”
Yuni
akhirnya membuka mulut. Aku segera mengambilkan tisu dari laci meja belajar.
Yuni
mengusap air matanya dan menarik nafas panjang.
“Sory
ya kak aku bikin repot”
Yuni
mengambil makanannya dan mulai makan.
“Ga
papa kok, santai aja”.
“Ntar
kalo bajunya dah kering saya anter kamu pulang ya” jawabku.
“Ga
usah kak…. Aku mau disini aja” pernyataan Yuni membuatku kaget.
“Tapi,
saya kan udah bilang, kos ku disini ga boleh nerima tamu cewek sebenernya “.
Aku
sengaja mempertegas kata2ku.
“Aku
gak akan ribut kak. Janji” jawabnya.
Aku
hanya menghela nafas sambil ogah2an menyantap nasi gorengku. Apa sih maunya
dia, begitu pikirku.
“Kalo
mau minum ambil sendiri ya gelasnya di rak di deket pintu kamar mandi” ucapku
setelah Yuni menyelesaikan makanannya.
Yuni
menurut dan mengambil gelas, dan menuangkan air dari dalam kulkaas. Aku tidak
menghabiskan makananku, dan menyalakan laptopku.
Jujur
saja aku bingung bagaimana harus menghadapi Yuni. Aku jarang pacaran, ketika
sekolah aku malah tidak sempat pacaran. Sibuk dengan mata pelajaran dan musik.
Apalagi
sekarang, kuliah, musik, ngajar. Itulah yang menyebabkanku agak canggung hanya
berdua di kamar dengan seorang cewek.
“Kalau
mau baca2 majalah itu ada di rak di atas kasur”
Aku
berkata seperti itu karena Yuni terlihat hanya duduk di tepi ranjang dan
memandang lantai dengan tatapan kosong Tapi Yuni seakan tidak menggubris
ucapanku. Dia masih melamun
“Yuni
sebenrnya ada apa sih ?” Aku makin penasaran.
Yuni
nampak kaget mendengar pertanyaanku.
“Hmmm….
Aku heran kak… apa sih yang dimauin sama cowok cowok” dia membuka dialog
“Kenapa
gitu. . . . . ?”
aku
turun dari kursi dan duduk di karpet. Yuni pun turun dari pinggir ranjang dan
duduk di hadapanku.
“Tadi
aku rencananya aku gak ikut ke tempat muik kak….” jawab Yuni.
“Terus.
. . . ?”
“Aku
jalan2 sama pacarku tadi. Pas jam 5, jam harusnya aku ke tempat musik, aku di
dalem mobil pacarku, dia lagi nyetir, rencananya mau jalan cari makan terus
nonton” Yuni melanjutkan ceritanya.
“Entah
kenapa handphone dia ditaruh di dashboard. Aku pinjem, mau main game yang ada
di hapenya. Dia ngebolehin, tapi entah kenapa aku tiba2 pingin buka inbox
smsnya”
Halah…..
Pasti cowoknya selingkuh,
begitu pikirku dalam hati.
“Aku
ngeliat sms2 mesra kak. Gak cuman satu tapi beberapa cewek” Buset. Pikirku.
Jagoan
banget tuh cowok.
“Aku
kurang apa sama dia coba ? bela2in bolos ke tempat musik, bela2in dia, selalu
aku temenin, kok dia begitu sama aku ?” diapun mulai menangis lagi.
“Jijik
liat sms2 itu, sayang2an segala macem orang pacaran aja”
Aku
mengambilkan Yuni tisu lagi karena airmatanya mengalir deras.
“Terus
gimana. . . .. . ?”
Dan
aku memintanya melanjutkan ceritanya.
“Aku
marah kak. Tapi dia cuman diem aja dan gak ngomong apa2. Akhirnya di lampu
merah aku keluar dari mobil”.ucapnya
“Kan
ujan.. . . .. ?” jawabku sedikit tidak antusias.
Entah
mengapa kasus ini sangat klasik pada orang2 yang pacaran. Tapi tampaknya Yuni
sangat terpukul oleh kejadian tersebut.
“Biarin
aja kak. Aku jalan, ngejauh dari mobil, aku bisa denger sih dia nglakson
terus….. tapi setelah jauh dari mobilnya, aku bingung mau kemana. Tapi aku
inget kalo tempat tadi deket sama kos nya kakak. Makanya aku kesini. ”
Memang
dulu Yuni pernah kesini diantar oleh pacarnya, mengambil partitur lagu.
“Terus
? kok kamu malah kesini ? Ga pulang aja ?” tanyaku.
Sambil
berusaha meyakinkan dia agar pulang.
“Males
nanti ditanyain sama orang tua…. kemana si pacar, kok pulang sendiri. Ribet “
jawabnya.
“Lah
kalo dicariin gimana . . . .?”
aku
jadi bingung doonk..
“Aku
udah bilang sama orang tua aku… mau tidur di rumah temen”.
“Tenang
aja, mereka percaya kok…..”
Aduh,
Entah kenapa kalo menurutku Yuni berlebihan dalam menghadapi masalah ini.
Kenapa gak putusin aja cowok itu, cari taksi, pulang, tidur, besok lupa. Tapi
dia malah repot2 pergi ke kos ku.
“Terus
kamu mau ngapain disini ?” tanyaku dengan malas.
“Aku
mau nenangin diri dulu kak…..”.
“
Lahh….,Bukannya lebih enak di rumah ? “
Disitu
kan bisa nangis jungkir walik di depan orang tua. Dijamin bakal ditenangin,
abis nangis besoknya lega deh. Aku bingung melihat cengengnya menghadapi
masalah ini.
“Oke
lah terserah kamu aja” kataku.
“Tapi
inget, jangan ribut, jangan keluar kamar, besok pagi saya anterin ke rumah”.
“Iya
kak” jawabnya…
Jam2
berikutnya diisi dengan obrolan2 yang biasa kami lakukan, soal musik, teknik
bermain gitar. Tak lupa aku menyetel musik keras2 dari laptop dan menyalakan tv
agar suara kami tidak terdengar. Tanpa terasa sudah jam 11 malam. “
Aku
ngantuk kak….” Kata Yuni
“Hmm….
kamu tidur di atas aja, saya biar tidur di karpet” jawabku.
“Enggak
kak… aku kan tamu. Aku aja yang tidur di karpet”
Hmmm
malah enak di aku . Aku pikir mengiyakannya dan aku menyibakkan selimut
cadangan di karpet, untuk alas tidur agar agak empuk, dan memberinya selimut
tipis serta bantal yang berlebih di ranjang. Kemudian aku mematikan lampu, dan
juga naik ke ranjang, bersiap untuk tidur.
“Jangan
dimimpiin kejadian yang tadi ya..” kataku mengingatkan.
“Iya
kak….”
Dan
aku hanya menatap langit2 atap sambil memikirkan caranya besok pagi keluar
tanpa ketahuan yang jaga kos. Kebetulan aja tadi hujan besar sehingga penjaga
kos tidak memperhatikan pintu gerbang.
Aku
agak kesal dengan sikap Yuni, sudah malas latihan, dan tidak berpikir panjang.
Sebenernya muncul rasa kasihan yang besar dalam diriku. Dia belum dewasa, belum
bisa mengambil keputusan dengan matang, dan akibatnya seperti ini. Ada di kos
ku , dan tidur di lantai.
Yasudah
lah, barang kali Yuni butuh teman malam ini, begitu pikirku. Entah kenapa aku
tidak bisa tidur malam ini, harus kuakui kehadiran Yuni malam ini merusak pikiranku.
Bukannya membaik namun pikiranku menjadi kotor.
Aku
pernah melakukan seks, sekali2nya waktu baru kuliah dulu. Pengalaman itulah
yang membuatku sedikit membayang2kan bagaimana kalau aku bermain cinta dengan Yuni.
Yuni memang cantik, kulitnya putih dan mukanya manis.
Dan
fakta2 itulah yang membuat pikiranku menjadi kotor. Coba kalau dia laki2, pasti
aku santai2 saja. Lama aku tidak bisa tidur, ku sengaja menghadap ke tembok
agar tidak melihat Yuni.
Dan
tiba-tiba breeeegh…
Aku
merasa ranjangku dinaiki orang. Aku kaget, sedikit penasaran tapi aku berhasil
mehanannya. Rupanya Yuni menaiki ranjangku.
“Kak…
aku tidur sama kakak ya……” katanya dengan nada merajuk.
Bujuuk
buseet..
Aku
tidak bisa menolak karena dia sudah naik ke atas ranjang.
“yauda
nih kalau mau pake selimut”.
Aku
memberikan bagian selimutku pada Yuni. Dia tampak agak malu, dan segera
mengambil bagian selimutnya, dan tidur membelakangiku.
Gilaa.
. . . Apa2an ini.
Kenapa
dia naik ?
apa
karena kedinginan ?
atau
keras ?
atau
kenapa ?
Aku
merasakan gerakan di sebelahku.
“Kak…
maaf… aku sebenernya masih pengen ngobrol”
“boleh
kan ?”
Aku membalik badanku dan mendapati bahwa jarak mukaku dan muka Yuni tidak berjauhan. Matanya yang memerah menatapku penuh harap.
Aku membalik badanku dan mendapati bahwa jarak mukaku dan muka Yuni tidak berjauhan. Matanya yang memerah menatapku penuh harap.
“Kamu
ya… Dengerin. Kenapa sih mesti gini ?
kamu
sekarang ada di kamar cowok, tidur bareng satu kasur. Ga pantes tau. Apa saya
tidur di bawah aja ya
”Aku
berusaha bangkit.
“Ini
yang aku suka dari kakak…” tiba2 Yuni berkata seperti itu.
“Eh……..”
Aku heran dan terdiam sejenak.
“Kakak
orangnya tegas…”
“Gak
kayak dia…. egois… udha gitu gak pernah bisa tegas dan gak punya pilihan”
“Yuni…
tapi…. .. .”
Dan
Kata2ku terhenti ketika tangannya menyentuh pipiku dengan lembut.
“Aku
suka sama kakak” pengakuannya membuatku kaget. Apakah benar ?
apa
Yuni Cuma terbawa perasaan akibat baru mengalami kekecewaan dalam berpacaran ?
Aku
terdiam aaja. Dan di dalam hati aku mengakui bahwa sosok Yuni yang manis
membuatku tertarik.
Tetapi
selama ini aku selalu melupakan saaja perasaan itu karena yang pertama dia
sudah punya pacar, dan kedua di amerupakan cewek yang kaya sedangkan aku hanya
orang biasa saja.
“Kak.
. .” tangannya terus mengelus pipiku.
Aku
pun luluh. Tiba2 kami berdua saling memajukan wajah kami masing2. Kami menutup
mata dan bibir kami pun bersentuhan dan kami berciuman dengan pelan dan lembut.
Yuni
terus maju ke dalam pelukanku dan Aku meraih pinggangnya, dan menggenggam
tangan satunya. Telapak kaki kami saling bersentuhan dan saling bertautan di
dalam selimut itu. kami berciuman dengan hangat.. Walaupun umur kami tidak
berbeda jauh, hanya empat tahun, namun rasanya ini seperti ketakutan yang aneh
dalam satu band .
Kami
berciuman sangat lama. Entah kenapa kami berdua tidak berciuman dengan nafsu
dan tergesa2. Tangan kiriku yang menyentuh pinggang Yuni, tiba2 mulai nakal.
Tanganku
masuk ke dalam kaos yang dia pakai. Menyentuh kulit halusnya. Yuni tidak
berontak. Dia malah terus menciumiku. Yuni pun tidak protes ketika tanganku
masuk kedalam celana pendeknya dan memegang pantatnya.
Dasyaat….!!
Rupanya
dia tidak memakai celana dalam dan BH.
Aku
melepaskan ciumanku, dan mulai menciumi telinga dan lehernya.
“Ahh…
Kak… ‘
Yuni
tampak menikmati aksiku . Tanganku terus bermain mencoba membuka celana
pendeknya. Yuni tidak berontak, kakinya malah bergerak dengan aktif dengan
membantuku melepas celana pendek itu.
Pada
akhirnya aku melempar celana itu ke lantai. Aku mulai menyentuh pahanya yang
sangat mulus. Aku memeluknya erat, menempelkan perutnya di perutku.
“Kak…..
“ Yuni memanggilku.
“Ada
Apa… ?”
Aku
menghentikan ciumanku di leher
“Kalau
mau itu,… pelan2 ya…. aku belum pernah…” jawabnya.
Dengan
nada pelan dan pasrah dan tatapan penuh harap.
Apa
Masih perawan ?
aku kaget.
Kupikir
setidaknya dia pernah tidur dengan pacarnya. Pantas saja dia tidak bisa menyikapi
kelakuan pacarnya dengan benar, pengalamannya sangatlah minim.
Aku
terdiam Dan tidak bisa berfikir sehat lagi. Tidak dapat berpikir dengan jernih.
“Yuni…
kalau kamu gak mau, jangan….
”Aku
mundur “Gak apa2 kak, kalau sama kakak aku mau..” Yuni meraih tanganku.
“Kamu
belum pernah…. jangan dipaksa kalau gak mau….” aku berusaha berpikir jernih.
Yuni
terdiam, tetapi dia malah masuk ke pelukanku kembali.
“Aku
mau….” jawabnya pelan.
“Aku
Cuma minta kakak perlakukan aku dengan lembut”.
“Tapi”
aku
masih bertahan
“Kak….
aku mau kasih ke kakak malem ini”.
“Itu
karena aku suka sama kakak”.
“Dari
pertama ketemu, tapi kakak tampaknya cuek sama aku…. tapi aku makin suka karena
tau kakak orangnya tegas, dewasa“.
“Yuni,
itu cuman perasaan pelarian aja…” jawabku.
Yuni
hanya diam, Tetapi dia menjawab dengan semakin masuk ke dalam pelukanku. Dia
memelukku dengan erat, dan tidak mau melepasku.
“Aku
mau ngelakuinnya cuman sama kakak” Yuni tetap gigih.
Kami
berpandangan sangat lama. Hingga akhirnya aku menciumnya kembali. Pertahanan
akal sehatku runtuh. Tanganku terus melingkari pinggangnya yang ramping itu.
Yuni
perlahan2 bergerak menindih tubuhku. Badannya naik ke atas badanku. Tangannya
mencoba membuka kaos ku tapi tampaknya dia agak canggung melakukannya. Aku
melepaskan tanganku dari pinggangnya dan membantunya membuka atasanku.
Setelah
itu aku berusaha bangkit dan duduk. Yuni memegang bahuku dan mencoba maju
menciumku. Aku menahannya dan memegang kedua tangannya. Aku menatap matanya
lekat2.
Yuni
menatapku malu2 dan Aku sedikit tegang. Malam ini kedua kalinya aku berhubungan
seks. Dan ini yang pertama bagi Yuni. Jantungku berdetak hebat luar biasa. Aku
menggenggam ujung t shirt yang dia pakai. Pelan2 kutarik keatas.
Yuni
menurut dengan mengangkat tangannya. Yuni sudah telanjang bulat di atas pahaku
. Kedua tangannya disilangkan, menutupi buah dadanya yang kecil.
Dia
sedikit menunduk dan tampak sangat malu. Pasti ini pertama kalinya dia
telanjang bulat di depan cowok. Aku memegang dagunya dan mengangkat wajahnya.
Tak
berapa lama segera ku cium bibirnya lembut. Aku menggenggam kedua tangannya dan
mulai menciumi lehernya, terus sampai ke payudara yang kecil dan Aku menciumi
putingnya. Kurasakan badannya agak gemetar, entah karena geli atau agak takut.
“Uhh…..
Kak… geli…..” Yuni mendesah kecil.
Aku
berbisik kepadanya
“Jangan
terlalu berisik ya…
nanti bisa gawat kalau ketahuan penjaga kos…” Yuni mengangguk pelan.
nanti bisa gawat kalau ketahuan penjaga kos…” Yuni mengangguk pelan.
Aku
melanjutkan menciumi payudaranya. Sempat kulihat Yuni menggigit bibirnya.
Menahan agar dia tidak ribut.
“Ngggh….
mmmhhh…” Yuni terus mendesah.
Aduh,
bagaimana nanti ketika kami sampai ke inti permainan ?. Aku menyuruh Yuni untuk
turun dari atas pahaku. Aku segera melepaskan celanaku.
Yuni
nampak agak kaget ketika melihat tititku . Ini pertama kalinya juga dia melihat
titit cowok langsung. Yuni duduk di sampingku.
“Yuni,
kalau kamu emang gak siap, mendingan gak usah….”
Aku
menatap wajahnya yang tampak malu bersemu merah,
“
Ga apa2 kak…. udah sampe sini….”
dia
tersenyum kecil walau aku bisa merasakan bahwa dia merasa gugup dan deg2an. Aku
memegang lembut tangannya dan mencium keningnya.
Lalu
aku menariknya pelan agar kembali duduk di pangkuanku. Yuni duduk
membelakangiku. Punggungnya sungguh mulus dan bersih. Aku mulai menciumi
bahunya, terus sampai keleher.
Kupeluk
erat pinggangnya dan bisa kurasakan tangan Yuni memeluk erat leherku. Lama
kuciumi bagian belakang leher dan punggungnya. Tak tahan lagi, pelan2 kubimbing
Yuni untuk berbaring di kasur. Aku memegang lututnya dan kulebarkan pahanya.
Aku
menindih badannya. Tangan Yuni menahan bahuku. Aku sejenak mematung memandangi Yuni.
Pantaskah
ku renggt keperawanan perempuan manis ini ?
Haruskah
dia melakukannya denganku ?
Yuni
balik menatapku dan berkata
“Kak…..
pelan2 ya… aku tau pasti sakit pada awalnya”.
“Kalau
kamu gak mau, bisa kita hentiin sekarang kok….. “ aku menjawabnya.
Yuni
menggeleng pelan.
“Aku
siap kak………..”
Kemudian
dengan kepala penisku yang menyentuh bibir vaginanya yang telah basah.
Pelan2
kugesekkan secara lembut kepala penisku di bibir vaginanya. Yuni mengejang2
geli. Aku memperbaiki posisi dengan menggenggam tangannya.
Kurasakan
pelan, penisku memasuki bibir vaginanya. Sempit sekali. Aku berkonsentrasi
penuh memasuki vaginanya.
“Uhhh….Nggggh…….Ahhh…..
“ Yuni menahan sakit.
Bisa
kulihat dia menggigit bibirnya dan matanya sedikit berkaca2.
“Uhhhh…..Ahhhh…”
Kemudian
dia menarik napas lega ketika penisku masuk penuh kedalam vaginanya. Aku mulai
menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan. Yuni tampak menutup matanya, dan
meringis seperti menahan sakit.
Aku
menarik penisku, Kulihat penisku berlumur darah perawan Yuni.
“Sakit..
.. .?” Kalau kamu ga tahan sakitnya ga usah dilanjutin…
”Aku
takut Yuni..“
“Gapapa
kak…..”
Yuni
tersenyum dengan mata agak berkaca2.
Aku
menarik nafas panjang, kuputuskan untuk tidak merubah2 posisi bercinta kami,
terlalu dini untuk kami berdua. Ditambah lagi pengalaman kami berdua sangat
minim. Aku kembali memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Sudah lebih gampang,
walau masih seret dan sempit. Kurasakan dinding vaginanya yang hangat menjepitt
penisku erat.
“Mmmhhhh….kak..
“
Yuni
mendesah pelan, dia sudah tidak meringis atau menggigit bibir lagi seperti
sekarang. Aku terus memaju mundurkan penisku dengan pelan namun temponya
stabil.
“Uhhh…..Ahhhh,,,Uhhh,,,Ahhhh…”
Yuni
tiba2 mencengkram erat bahuku. Seakan ingin mencabik- cabiknya.
“Mmmmhhh.
. … . ”
Kaki
Yuni mencengkram erat pinggangku. Aku tahu dia akan orgasme. Terlalu cepat
mungkin. Tetapi wajar. Karena ini pengalaman pertama bagi Yuni.
Dia
belum tahu bagaimana mengatur tempo, merubah posisi, ditambah lagi malam ini
semuanya aku yang mengendalikan. Yuni terus bersuara kecil mengikuti tempo goyanganku.
“Ngggoookk……
mmmmhh….nguuuuk”
Tiba2
aku menghentikan gerakanku. Aku tak ingin aku bablas keluar di dalam. Kaki Yuni
kuat mencengkram pinggangku. Malam ini adalah pengalaman pertamanya.
Wajar
jika dia tampak tegang atau gugup. Aku tak mau jika ketegangannya mengakibatkan
kecelakaan yang tidak diinginkan.
“AAh….
kenapa kak ?” tanyanya polos dengan nafas tidak teratur
“Enggak…
tadi kamu ngejepit pingganggku terlalu keras… aku takut kalau nanti aku keluar
di dalem…” jawabku.
“Oh….
“Yuni “ “kamu santai ya sayang….”
aku
mengelus rambutnya lembut dan dia hanya mengangguk pelan. Pelan2 aku
mengisyaratkan agar Yuni tidur tengkurap.
Dari
belakang aku memposisikan kepala penisku tepat di lubang vaginanya. Pelan2 aku
masukkan kembali.
“hmmhhh…
aaahhhh…Ngooook…”
Yuni
kembali mendesah ketika kumasukkan penisku. Aku memeluk pinggangnya dan
membimbingnya naik. Kami bercinta dalam posisi doggy style.
Tangan
Yuni bertumpu pada kasur. Aku menggerakkan penisku maju mundur sembari memegang
erat pinggangnya.
“Uuuuuh….
Ahhh….. uhh…yes…“
Yuni
tidak bisa menahan lagi suaranya. Entah karena kesakitan atau keenakan. Tapi
kalaupun kesakitan, dia tidak berontak. Yuni terus mengerang. Entah berapa lama
kami melakukannya.
“Kak….
aku… ahhh” Aku tau Yuni akan segera orgasme.
Tapi
aku tidak mencebut penisku. Aku malah makin bernafsu menggerakkannya.
Tumpuan
tangannya semakin lemas. Aku secara refleks malah menarik tangannya kebelakang
agar posisi tubuhnya tetap stabil. Aku merasakan tubuhnya menegang dan
vaginanya menjepit erat penisku.
“Aaaaah…..
aaaahh….. nggghh….”
Yuni
mengerang tanpa mempedulikan keadaan kamar kosku yang mungkin saja suara malam
itu bisa bocor ke kamar sebelah.
“Ngggghh…
aaaaaaaaaah….ngooookkk….”.
Tak
berapa lama aku langsung mencabut penisku dan spermaku lalu muncrat berantakan
di luar vaginanya. Yuni langsung dengan lemas menjatuhkan diri ke kasur. Aku
pun merebahkan diri di sebelahnya.
Kami
berpandangan dengan cukup lama dan berpelukan sampai kami tertidur. Kini, kami
bukan sekedar anggota band saja.
Tapi
lebih dari sekedar itu. Kami sering menghabiskan waktu bersama di luar latihan,
karena kami sekarang menjadi sepasang kekasih.
Kejadian
malam itu, tidak pernah terulang lagi sampai sekarang. Dan kami tidak pernah
mengungkitnya lagi. Biarkan malam itu ada untuk dikenang saja dalam hati kami
masing2.
Halo Bosku ^^
ReplyDeleteSegera Daftarkan ID di www. SmsQQ .com
Ada 4 Permainan Dalam 1 ID
Bandar Q,Poker,Domino QQ,Bandar Poker
www. SmsQQ .com Juga Menyediakan Promo Menarik
Bonus Turn Over Terbesar
Bonus Refferal Seumur Hidup
Minimal deposit 10rb
BBM :2AD05265
WA:+855968010699
Skype:smsqqcom@gmail.com
Ditunggu Kehadirannya Bosku di www,SmsQQ,com