Cerita Dewasa Mesum Dengan Gadis Muda
Cerita Dewasa Mesum Dengan Gadis Muda
DominoQQ-Cerita yang kutulis ini adalah kisah nyata pengalamanku beberapa tahun yang lalu. Pengalaman sex pertama tak kuduga yang terjadi ketika aku masih gadis SMP, tepatnya ketika baru saja akan masuk kelas 2 SMP. Hubungan sex itu terjadi bersama teman papaku yang bernama Om Usman. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Usman, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Usman wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh, usia Om Usman ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Usman memiliki tubuh yang tinggi tegap, dengan dada yang bidang.
Cerita Dewasa Mesum Dengan Gadis Muda |
DominoQQ-Cerita yang kutulis ini adalah kisah nyata pengalamanku beberapa tahun yang lalu. Pengalaman sex pertama tak kuduga yang terjadi ketika aku masih gadis SMP, tepatnya ketika baru saja akan masuk kelas 2 SMP. Hubungan sex itu terjadi bersama teman papaku yang bernama Om Usman. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Usman, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Usman wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh, usia Om Usman ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Usman memiliki tubuh yang tinggi tegap, dengan dada yang bidang.
Kejadian
ini bermula ketika liburan semester, waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke
Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan Om Usman cukup
dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Usman
yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om Usman sudah menikah, tetapi
belum punya anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan
Om Usman tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil.
Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah
istri Om Usman pergi ke kantor. Om Usman sendiri karena katanya tidak ada order
untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau
ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga
kami bermain bermacam permainan seperti halma, atau monopoli, karena memang Om Usman
orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja.
Ketika
suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Usman berkata kepadaku, “Lif..
kita main dokter- dokteran yuk.., sekalian Olif, Om periksa beneran, mumpung
gratis”.
Memang kata ayah dahulu Om Usman pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo..”, sambutku dengan polos tampa curiga.
Kemudian Om Usman mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.
“Nah Lif, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
Memang kata ayah dahulu Om Usman pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo..”, sambutku dengan polos tampa curiga.
Kemudian Om Usman mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.
“Nah Lif, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik
Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.
Namun Om Usman bilang, “Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong.., biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
Namun Om Usman bilang, “Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong.., biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah..,
kamu memang benar-benar cantik Lif..”, kata Om Usman.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Usman mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Usman menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Usman mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah.. kulit kamu halus ya, Lif.. Kamu pasti rajin merawatnya”, katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Usman.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Usman mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Usman menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Usman mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah.. kulit kamu halus ya, Lif.. Kamu pasti rajin merawatnya”, katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Usman.
Kemudian
usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Usman merayap
mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya,
sentuhan Om Usman benar-benar terasa lembut, dan lama- kelamaan terus terang
aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai- sampai bulu tanganku
merinding dibuatnya. Lalu Om Usman menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah
dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah
dadaku. Ih.., baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus,
lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Usman
menghentikan usapannya. Dan aku kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya.
Tapi kemudian Tom Usman bergerak ke arah kakiku.
“Nah.., sekarang Om periksa bagian bawah yah..”, katanya. Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Usman menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih.., Om kok celana dalam Olif dibuka..?”, kataku dengan gugup.
“Lho.., khan mau diperiksa.., pokoknya Olif tenang aja..”, katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Usman penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
“Nah.., sekarang Om periksa bagian bawah yah..”, katanya. Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Usman menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih.., Om kok celana dalam Olif dibuka..?”, kataku dengan gugup.
“Lho.., khan mau diperiksa.., pokoknya Olif tenang aja..”, katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Usman penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah
celana dalamku diloloskan oleh Om Usman, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku.
Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya
yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya,
sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Usman mulai mengelus-elus
betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan
meraba- raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.., aku jadi
merinding rasanya.
“Ooomm..”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.., pokoknya nanti kamu merasa nikmat..”, katanya sambil tersenyum.
Om Usman lalu mengelus- elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya.
Kemudian, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Usman menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“aahh.., Ooomm..”, jeritku lirih.
“Ssstt.., hmm.., nikmat.., kan..?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Usman mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang- gelinjang, menggeliat – geliat ke sana-ke mari.
“Ssstthh.., aahh.., Ooomm.., aahh..”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.
Setelah Om Usman merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Usman bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya jadi makin geli.., apalagi ketika lidah Om Usman memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Usman saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Usman mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.., gila.., tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Usman tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis terkangkang, kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om Usman dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Usman. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan- sungkan lagi Om Usman mulai menjilati bibir vaginaku.
“Ooomm..”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.., pokoknya nanti kamu merasa nikmat..”, katanya sambil tersenyum.
Om Usman lalu mengelus- elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya.
Kemudian, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Usman menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“aahh.., Ooomm..”, jeritku lirih.
“Ssstt.., hmm.., nikmat.., kan..?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Usman mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang- gelinjang, menggeliat – geliat ke sana-ke mari.
“Ssstthh.., aahh.., Ooomm.., aahh..”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.
Setelah Om Usman merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Usman bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya jadi makin geli.., apalagi ketika lidah Om Usman memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Usman saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Usman mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.., gila.., tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Usman tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis terkangkang, kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om Usman dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Usman. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan- sungkan lagi Om Usman mulai menjilati bibir vaginaku.
“aa..,
Ooomm..!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Usman terasa lembut, namun
jilatannua itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku, namun
Om Usman yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis- habisan bibir
vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di dalam
vaginaku. Lidah Om Usman mengait-ngait ke sana-ke mari menjilat- jilat seluruh
dinding vaginaku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat- geliat
dan terhentak- hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya
dari kemaluanku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Usman terus melakukan
aksinya dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.
“aahh.., Ooomm.., jaangan.., jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa.., aaku.., nndaak.., maauu.., geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!”.
Aku menggelinjang- gelinjang seperti kesurupan, menggeliat ke sana-ke mari antara mau dan tidak biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Usman dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat ke sana-ke mari, namun Om Usman tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan- jilatan Om Usman benar- benar membuatku bagaikan orang lupa daratan, vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya, hal ini membuat Om Usman menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat- jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Usman habis-habisan. Sedotan Om Usman di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan.
“aahh.., Ooomm.., jaangan.., jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa.., aaku.., nndaak.., maauu.., geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!”.
Aku menggelinjang- gelinjang seperti kesurupan, menggeliat ke sana-ke mari antara mau dan tidak biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Usman dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat ke sana-ke mari, namun Om Usman tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan- jilatan Om Usman benar- benar membuatku bagaikan orang lupa daratan, vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya, hal ini membuat Om Usman menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat- jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Usman habis-habisan. Sedotan Om Usman di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan.
Kemudian
Om Usman sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir
vaginaku, lalu di sorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud
Om Usman, rupanya Om Usman mengincar clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya, lalu
dijilatnya clitorisku.
“aahh..”, tentu saja aku menjerit keras sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai menggangkat pantatku. Om Usman malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil dihisap- hisapnya.
“aa.., Ooomm.., aauuhh.., aahh!”, jeritku semakin menggila. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Usman yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.
“aahh..”, tentu saja aku menjerit keras sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai menggangkat pantatku. Om Usman malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil dihisap- hisapnya.
“aa.., Ooomm.., aauuhh.., aahh!”, jeritku semakin menggila. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Usman yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm..,
aa!”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak
sadar kujepit dengan kuat pipi Om Usman dengan kedua pahaku di selangkanganku.
Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali,
dan tampaknya Om Usman tidak menyia-nyiakannya disedotnya vaginaku, dihisapnya
seluruh cairan vaginaku. Tulang- tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku
terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.
Om Usman kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Usman. Mula-mula Om Usman membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD- nya, mecuat ke depan. Kedua tangan Om Usman mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan- lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Usman berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada di antara kedua paha atas Om Usman. Benda tersebut bulat panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara.
Om Usman kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Usman. Mula-mula Om Usman membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD- nya, mecuat ke depan. Kedua tangan Om Usman mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan- lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Usman berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada di antara kedua paha atas Om Usman. Benda tersebut bulat panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara.
Benda
bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang
lebih 20 cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang
menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna
merah kehitam- hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang di mana
terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan
laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa
yang akan dilakukan Om Usman terhadapku dengan kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Usman hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Usman kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Usman menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yan sedang dilakukan oleh Om Usman.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Usman hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Usman kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Usman menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yan sedang dilakukan oleh Om Usman.
Kemudian
dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar
itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat
berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan kirinya memegang
pinggulku dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Usman
menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan
masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai
digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya perlahan-
lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke kesuluruhan tubuhku, badanku
terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung, aku agak menggeliat-geliat
kegelian atas perbuatan Om Usman itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Usman
makin terangsang. Dengan mesra Om Usman memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Lif.., nikmat khan..?”, bisik Om Usman mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu- satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Usman dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Usman sangat sopan dan ramah.
“Gimana Lif.., nikmat khan..?”, bisik Om Usman mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu- satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Usman dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Usman sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya
tangan Om Usman yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang
penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku, hal ini makin membuatku
menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku,
aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Usman, di samping
pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om Usman yang besar
itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Usman sambil salah
satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan
pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke
dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada aku mencoba mendorong
badan Om Usman untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Usman bilang
tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan kemaluannya
itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi
selang tak lama kemudian perlahan- lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam
lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang
vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om
Usman ini masuk ke dalam lubang vaginaku, gerakan ini membuatku terkejut karena
tidak menyangka Om Usman akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti
apa yang dikatakan olehnya. Sodokkan penis Om Usman ini membuat kemaluanku
terasa mengembang dan sedikit sakit, seluruh kepala penis Om Usman sudah berada
di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Usman mulai menggerakkan kepala
penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi,
perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal
dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar, tampa sadar dari mulutku keluar
suara, “Ssshh.., sshh.., aahh. oohh.., Ooomm.., Ooomm.., eennaak.., eennaak!
Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Usman
mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk
lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa
sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Usman yang terasa membelah
kemaluanku.
“aadduuhh..,
saakkiitt.., Ooomm.., sttoopp.., sttoopp.., jaangaan.., diterusin”, aku meratap
dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Usman, tapi sia- sia saja. Om Usman
mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk
menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku
sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan
pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om
Usman ke dalam liang vaginaku, tapi karena tangan Om Usman menahan pundakku,
maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Usman lebih dalam ke liang
vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Usman membiarkan penisnya diam
saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan
penisnya yang besar itu
“Om..,
kenapa dimasukkan semua, kan.., janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku
dengan memelas, tapi Om Usman tidak bilang apa-apa hanya senyum- senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Usman itu, terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Usman tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Usman kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, “Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh”, dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku, bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku, sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat, tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Usman ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik terasa tubuhku melayang- layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak bedaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.
Aku merasakan kemaluan Om Usman itu, terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Usman tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Usman kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, “Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh”, dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku, bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku, sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat, tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Usman ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik terasa tubuhku melayang- layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak bedaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.
Melihat
keadaanku Om Usman makin terangsang, sehingga dengan ganasnya dia mendorong
pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga seluruh batang penisnya
terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap
tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh
batang penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang
tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Usman mempermainkanku sesuka hatinya,
dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme dan setiap itu terjadi,
selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis
Om Usman, sampai akhirnya pada suatu saat Om Usman berbisik dengan sedikit
tertahan, “Ooohh.., Riinn.., Riinn.., aakkuu.., maau.., keluar!, Ooohh..,
aahh.., hhmm.., oouuhh!”.
Tiba-tiba
Om Usman bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian,
“Ccret.., crett.., crett”, spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas
perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya
seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.
“aahh..”, Om Usman mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega. Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih, sayang..”, bisik Om Usman dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Usman.
“aahh..”, Om Usman mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega. Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih, sayang..”, bisik Om Usman dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Usman.
Setelah
kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang, perasaan- perasan
aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari
tidurku Om Usman telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah
kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi,
memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah
aku mampir ke rumah Om Usman, tentu saja aku malu mengatakannya, aku hanya
pura-pura ngobrol ke sana-ke mari, sampai akhirnya Om Usman menawarkan lagi
untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk
malu-malu. Begitulah akhir cerita dewasa ini, kisah pengalaman pertama
kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks.
Related Posts
Cerita Dewasa Gadis Montok
Yuk Segera bergabung dan bermain di GaleriQQ agen bandarq, Domino 99 dan Bandar Sakong Online terbesar di asia dengan bonus 0.5% setiap minggunya, Bonus refferal 20% seumur hidup dan dengan kartu yang baik untuk kemenangan anda setiap harinya.
ReplyDeleteUnutk Info lebih lanjut kunjungi :
Website : GaleriQQ
BBM : D60A983
YM : Csgaleriqq
Link Alternatif GaleriQQ :
Galeriqq.net
Galeriqq.org
Kunjungi Juga Blog Kami Di :
http://agenbandarqgaleriqq.blogspot.com/2018/01/galeriqqcom-agen-bandarq-bandarq-domino-99-bandar-sakong-sakong-online.html
Yuk Segera bergabung dan bermain di GaleriQQ agen bandarq, Domino 99 dan Bandar Sakong Online terbesar di asia dengan bonus 0.5% setiap minggunya, Bonus refferal 20% seumur hidup dan dengan kartu yang baik untuk kemenangan anda setiap harinya.
ReplyDeleteUnutk Info lebih lanjut kunjungi :
Website : GaleriQQ
BBM : D60A983
YM : Csgaleriqq
Link Alternatif GaleriQQ :
Galeriqq.net
Galeriqq.org
Kunjungi Juga Blog Kami Di :
http://agenbandarqgaleriqq.blogspot.com/2018/01/galeriqqcom-agen-bandarq-bandarq-domino-99-bandar-sakong-sakong-online.html