Cerita Dewasa Aku Menikmati Tubuh Sexynya Bu Caca

Cerita Dewasa Aku Menikmati Tubuh Sexynya Bu Caca 

Cerita Dewasa Aku Menikmati Tubuh Sexynya Bu Caca 

DominoQQ-Cerita Dewasa-Bu Caca dalam perjalanan pulang dari tempat ia bekerja terpaksa berteduh karena dia tidak membawa jas hujan. Bu Caca berteduh di sebuah bangunan yang belum jadi namun sudah beratap. Setelah menyandarkan motornya Bu Caca mencari tepat duduk dan ternyata ada sebuah kursi panjang.

Pakaian yang dikenakan suadah basah semua, Bu Caca sebelumnya berniat untuk tidak berteduh namun karena hujannya semakin lebat dan disertai angin dan petir maka ia memutuskan untuk berteduh, walaupun dalam hatinya cemas karena hari sudah menjelang gelap namun tanda-tanda hujan akan reda belum muncul.

Belum lama duduk datang seorang pemuda tanggung yang juga akan berteduh. Setelah menyandarkan Tiger yang dipakainya, pemuda itu cepat-cepat masuk ke bangunan yang belum jadi tersebut. Bu Caca pertama agak khawatir dengan pemuda tersebut namun akhirnya kekhawatirannya akhirnya hilang karena melihat penampilannya juga keramahannya. Bu Caca melempar senyum dibalas dengan senyum oleh pemuda tersebut.

Pemuda tanggung tersebut berkulit putih bersih dan wajah yang diakui oleh Bu Caca memang tampan. Pemuda tersebut duduk di kursi panjang agak berjauhan letaknya dengan Bu Caca.

“Cuma sendirian Bu?” pemuda tersebut memulai pembicaraan.

“Iya Dik” Bu Caca menjawab.

“Adik dari mana?” lanjutnya.

“Dari rumah teman, sedang Ibu sendiri dari mana?” pemuda itu menyambung.

“Dari tempat kerja Dik” Bu Caca menjawab.

“Koq sampai sore Ibu, memang tidak dijemput oleh suami atau putra Ibu?” pemuda tersebut kembali bertanya.

“Ndak Dik.. walau udah tua Ibu berusaha sendiri lagian anak-anak Ibu udah berkeluarga semua” Bu Caca menyahut.

“Eh Adik masih kuliah kelihatannya, nama Adik siapa biar enak kalau manggilnya” lanjut Bu Caca, walau dalam hatinya dia agak bingung kenapa harus bertanya namanya.

“Darwin Ibu, masih kuliah semester pertama, nama Ibu?” jawab pemuda tersebut.

“Caca” jawab Bu Caca.

“Ibu umurnya berapa koq ngakunya sudah tua?” Darwin bertanya.

“Udah hampir limapuluh Dik Darwin” jawab Bu Caca.

“Koq masih keliatan lebih muda dari usia Bu Caca lho?” lanjut Darwin.

Pembicaraan terhenti sebentar. Baju yang dipakai oleh Bu Caca yang basah secara jelas mencetak buah dadanya yang sekal terbungkus oleh BH hitam yang keliatan sangat menantang di usianya. Rambutnya yang teruarai lurus sebahu tampak basah juga. Kulitnya yang putih tampak titik air yang masih membasahinya. Darwin terus memandangi tubuh yang Bu Caca.

“Tubuh Ibu masih bagus lho, Bu Caca tentu sangat bisa merawat tubuh” tiba-tiba Darwin memecah kesunyian.

Bu Caca agak kaget dengan pertanyaan Darwin. Dia agak tersinggung dengan pertannyan itu apalagi mata Darwin yang tidak lepas dari dadanya. Anak ini ternyata agak kurang ajar.

Belum lagi keterkejutannya hilang, Darwin berkata lagi, “Tentu suami Ibu sendiri sangat sengan dengan istri yang secantik dan semolek Bu Caca” Darwin berkata sambil meremas-remas kemaluannya yang masih dibungkus celananya.

Melihat situasi yang kurang baik itu, Bu Caca tidak menjawab, dia langsung berdiri menuju ke motornya walaupun hujan tampaknya semakin menjadi-jadi. Namun tangan Darwin lebih dulu menyahut tangan Bu Caca. Bu Caca semakin marah.

“Kau mau apa haa?” hardiknya.

“Hujan masih lebat, sedang kita cuma berdua.. saya menginginkan Ibu” sahut Darwin dengan santainya sambil merangkul Bu Caca dari belakang.

“Menginginkan apa?” Bu Caca agak berteriak sambil berusaha melepaskan pelukan Darwin.

“Menginginkan tubuh Ibu..” Darwin berkata sambil tangannya beraksi menggerayangi tubuh Bu Caca dari belakang.

“Jangan Dik Darwin.. apa kamu nggak merasa umurku.. sebaya dengan ibumu” Bu Caca berusaha untuk mengingatkan.

“Justru itu saya suka” Darwin menyahut.

Tangan kirinya merangkul Bu Caca dari belakang, tangan kananya berusaha menyingkap rok yang dipakai Bu Caca setelah tersingkap ke atas Darwin mengeluarkan penisnya yang sudah keras berdiri. Tak ketinggalan CD yang dipakai oleh Bu Caca dipelorotkan ke bawah.

Tangan Darwin meraba-raba memek Bu Caca yang ditumbuhi oleh jembut yang rimbun. Jarinya berusaha masuk ke lubang kenikmatan Bu Caca.

“Dik Darwin.. To.. long.. hentika.. ka.. ka.. ka.. mu nggak se.. harusnya mela.. kuka.. ini.. Dik Darwin Darwin..” Bu Caca berusaha mengingatkan lagi dengan terbata-bata.

“Ah.. Jangan.. Dik Darwin.. Ibu.. sudah tua.. ingat..” tambahnya lagi.

Darwin tidak menggubris kata-kata Bu Caca jarinya sudah masuk ke vagina Bu Caca dan bermain-main di dalamnya. Kemudian Darwin berusaha membalikkan tubuh Bu Caca, setelah itu dengan kasar Darwin mendorong tubuh molek itu sehingga jatuh terjerebab ke tanah. Dengan posisi duduk mengkangkang Bu Caca berusaha bangkit lagi dari duduknya. Pahanya yang mulus tersingkap sampai ke pangkalnya. Pakaian bagian atas acak-acakkan tampak sebagian kutang warna hitam yang seolah tak mampu menahan volume buah dada indah Bu Caca.

Belum sempat berdiri Darwin berkata sambil melepaskan celana dan bajunya, “Bu Caca, anda berteriakpun tak akan ada orang yang mendengar.. tempat ini agak jauh dari rumah penduduk sebaiknya Bu Caca tidak usah macam-macam”

“Aku tak kan sudi melayani kamu.. anak muda” Bu Caca setengah berteriak.

“Sudah jangan banyak bicara lepaskan pakaianmu.. cepat.. daripada aku menyakiti Ibu” sahut Darwin sambil melepaskan celana dalamnya, tampak batang kontolnya yang sudah mengacung keras.

Airmata Bu Caca mulai berlinang. Dia merasa sangat ketakutan dan galau hatinya. Dia merasa tak berharga dihadapan anak muda yang pantas menjadi anaknya. Dia juga merasa menyesal berteduh di tempat itu, dia merasa juga menyesali pakaian kerja yang sering ia kenakan.

Rok yang terlalu tinggi dan baju yang transparan yang memperlihatkan BHnya yang seakan tidak muat menahan buah dadanya, sehingga membuat para lelaki yang menatapnya seolah menelanjanginya. Namun dalam hatinya berkata juga bahwa baru sekarang dia melihat kemaluan lelaki yang besar, ****** suaminya tidak sebesar itu. Darahnya berdesir kencang.

Belum hilang keterpanaannya sudah dikejutkan oleh suara Darwin lagi, “Cepatt! Sudah nggak tahan nih..”

Karena dilanda ketakutan, dengan perlahan tangan Bu Caca melepas satu persatu kancing bajunya. Tampaklah payudaranya yang dibungkus oleh BH hitam.

“Cepat lepas kutangmu!” bentak Darwin.

Dalam hati Bu Caca berkata anak muda memang nggak sabaran. Setelah melepas BHnya, tumpahlah payudara Bu Caca yang masih tampak sekal dan menggairahkan, puting susunya yang coklat kehitam-hitaman tampak menantang sekali.

Darwin jongkok di dekat Bu Caca tangannya mulai menggerayangi payudara Bu Caca.

“Uh.. ah.. ah..” rintih Bu Caca ketika tangan Darwin memilin milin putingnya.

Tidak puas memilin-milin mulut Darwin mulai mendarat di pucuk anggur itu. Lidahnya menari-nari dan ketika dihisap keras-keras Bu Caca hanya bisa menggigit bibir bagian bawah dan memejamkan matanya. Setelah puas dengan buah dada Bu Caca Darwin bangkit kemudian mendekatkan kontolnya yang besar tersebut ke mulut wanita paruh baya yang lemah itu.

“Hisap.. Bu Caca” perintahnya.

“Cepatt!” bentak Darwin ketika Bu Caca belum juga melakukan apa yang ia kehendaki.

Akhirnya Bu Caca mengulum batang zakar. Pertama dia melakukan hampir saja dia muntah karena selama hidupnya dia baru melakukan beberapa kali dengan suaminya. Bu Caca seakan tidak percaya apa yang dia lakukan sekarang, dia di tempatnya bekerja adalah orang yang dihormati sedang di kampungnya dia juga orang yang disegani Ibu-Ibu. Namun pada saat ini dia sedang melakukan hal yang jorok hingga tentu kehormatannya sebagai wanita hilang sama sekali.

Darwin dengan kasar memaju mundurkan kontolnya sehingga terdengar suara nyaring menggairahkan. Setelah puas Darwin bangkit lagi kemudian di mengambil posisi ditengah-tengah di antara kaki mulus Bu Caca.

Sambil mengelus-elus kontolnya yang sudah sangat keras, Darwin berkata, “Bu Caca lebarkan lagi agar lebih mudah”

Hal yang sangat mendebarkan bagi Bu Caca akan terjadi dengan perlahan Bu Caca membuka lebar kakinya sehingga tampaklah memeknya yang tampak merekah dengan bibirnya yang agak menggelambir. Perlahan dan pasti Darwin menuntun kontolnya memasuki lobang kenikmatan Bu Caca.

Darwin merasakan kehangatan memek Bu Caca dan kekencangannya seakan meremas rudal Darwin. Sebaliknya Bu Caca yang sedari tadi dengan berdebar menantikan hal tersebut seakan terhenti detak jantungnya ketika ia mulai ditusuk oleh anak muda ini. Seakan merobek barang paling berharga yang dimilikinya.

Ketika Darwin mulai mempercepat genjotannya tampaknya Bu Caca juga sudah mulai melambung ke awan. Sementara diluar hujan seakan belum mau berhenti. Darwin semakin mempercepat genjotannya.

Buah dada Bu Caca tergoncang-goncang kesana-kemari. Bu Caca yang semula pasif sedikit memberi perlawanan dengan menggoyangkan pantatnya. Tangannya mengepal memukul lantai, kepalanya bergoyang menahan hawa birahi yang semakin meninggi.

Akhirnya Bu Caca tidak kuat menahan cairan yang semula ia bendung-bendung, lobang memek Bu Caca mengerut kencang ketika dia mencapai puncak. Bu Caca malu kenapa dia bisa orgame padahal ia tidak menginginkan itu. Yang lebih membuat dia bertambah malu adalah Darwin seakan mengetahui hal tersebut.

Darwin tersenyum sambil terus mempercepat genjotannya. Dalam hatinya dia berkata ternyata kau juga merasakan kenikmatan juga. Dan tampaknya Darwin juga akan sampai ke puncak. Dan terdengar lenguhan panjang Darwin ketika batang kontolnya ia tancapkan dalam-dalam sambil merangkul erat Bu Caca keluarlah cairan sperma membanjiri lobang memek Bu Caca.

Darwin terkulai lemas diatas tubuh telanjang Bu Caca jiwa mereka seolah melayang sejenak.

Setelah itu Darwin bangkit dan mengambil pakaiannya sambil berkata, “Bu Caca berpakaianlah, tampaknya hujan sudah mulai reda, memek Ibu ueenak sekali, terima kasih ya Bu Caca”.

Bu Caca menatap Darwin dalam hatinya bercampur antara marah, gundah, galau. Namun satu hal yang dia tidak pungkiri bahwa dia juga menikmati perkosaan yang dilakukan Darwin.

Akhirnya Bu Caca memunguti pakaian kemudian mengenakannya kembali. Mereka berjalan ke arah motor mereka tanpa bersuara.

Tampaknya hujan sudah reda. Bu Caca menghidupkan mesin motornya, namun ia dihentikan lagi oleh Darwin.

Darwin berkata, “Bu Caca saya minta maaf akan kelancangan saya, saya tidak bisa menahan gejolak nafsu saya..”

Bu Caca tak menjawab. Ia hanya menatap wajah Darwin dengan mata yang berkaca-kaca. Darwin diam kemudian Darwin mendekatkan wajahnya dan ciuman hangat ia daratkan ke bibir Bu Caca.

Pertama Bu Caca diam namun akhirnya Bu Caca membalas ciuman tersebut. Lidah mereka saling bertautan. Sejenak kemudian Bu Caca tersadar dan melepaskan ciuman tersebut kemudian melajukan kendaraannya.

Darwin hanya terdiam terpaku kemudian menaiki kendaraannya ke arah yang berlawanan. Bu Caca menerobos hujan rintik-rintik dengan perasaan yang sebenarnya terpuaskan.