Cerita Dewasa Perawan Pacarku Yang Cantik dan Montok
Cerita Dewasa Perawan Pacarku Yang Cantik dan Montok
DominoQQ-Cerita Dewasa-Namanya Melita, anak cantik bintang SMA di kotanya. Gadis ini tinggi dan bertubuh aduhai sekali. Setiap mata pria yang memandangnya pasti langsung tertuju pada matanya yang indah dengan bulu mata yang lentik lalu turun kearah bibirnya yang memang sensual itu dan terakhir adalah pada buah dadanya yang cukup besar untuk ukuran anak SMA
Ujian akhir sudah dekat, dan gadis yang tergolong otaknya encer ini langsung mengikuti bimbingan belajar yang khusus dibuka saat Ujian Akhir Nasional tiba. Hasilnya pun tidak mengecewakan karena setelah pengumuman hasil ujian diberitakan, dia menempati urutan ke 15 dari SMAnya dan itu sudah tergolong sangat baik mengingat SMA tempat Melita belajar adalah SMA favorit di kota itu.
Cerita Dewasa Perawan Pacarku Yang Cantik dan Montok |
DominoQQ-Cerita Dewasa-Namanya Melita, anak cantik bintang SMA di kotanya. Gadis ini tinggi dan bertubuh aduhai sekali. Setiap mata pria yang memandangnya pasti langsung tertuju pada matanya yang indah dengan bulu mata yang lentik lalu turun kearah bibirnya yang memang sensual itu dan terakhir adalah pada buah dadanya yang cukup besar untuk ukuran anak SMA
Ujian akhir sudah dekat, dan gadis yang tergolong otaknya encer ini langsung mengikuti bimbingan belajar yang khusus dibuka saat Ujian Akhir Nasional tiba. Hasilnya pun tidak mengecewakan karena setelah pengumuman hasil ujian diberitakan, dia menempati urutan ke 15 dari SMAnya dan itu sudah tergolong sangat baik mengingat SMA tempat Melita belajar adalah SMA favorit di kota itu.
“Hai Lan. Gimana hasil
ujianmu? Pasti dapat peringkat yang tinggi yah?” Tanya seorang teman pria-nya.
Pemuda ini bertubuh
kecil dan merupakan mantan dari Melita, mereka pernah pacaran waktu masih SMP
kelas dua dan putus setelah lulus SMP karena ketidak-cocokan dan terang saja
pemuda ini tersingkir karena di SMA yang baru Melita sudah menjadi kembang
sekolah yang baru dan bahkan banyak kakak kelas yang rela berantem untuk
memperebutkan cintanya. Gadis ini akhirnya menetapkan pilihannya pada seorang
bernama Asiongsetelah gonta-ganti pacar hingga dikelas tiga SMA, adapun nama
dari mantannya adalah Bagas.
Melita hanya tersenyum
kecut setelah tahu pemuda yang menyapanya barusan adalah mantan kekasihnya.
Memang dia sangat tidak suka dengan pemuda ini karena sekarang pemuda yang
dulunya simpatik ini telah berubah menjadi seorang pemabuk yang tidak jelas
masa depannya lagi, walaupun sebenarnya dia berasal dari keluarga yang berada.
Bagas tertunduk
menahan sakit hati dan malu ketika pertanyaannya tidak dijawab oleh Melita dan
bahkan gadis ini ngeloyor pergi tanpa peduli dengan perasaan temannya itu.
Gadis cantik namun sedikit congkak walaupun dia punya alasan untuk itu.
Melita berjalan
mendekati kerumunan anak lelaki dan langsung menuju kesamping Putra,
kekasihnya. Beberapa teman pemuda itu bersiul-siul menggoda, Asiongtahu kalau
sebenarnya teman-temannya itu selalu bermimpi bisa berpacaran dengan kekasihnya
sekarang ini, mereka pasti memikirkan bagaimana bentuk tubuh gadis cantik itu
saat telanjang. Segala pikiran kotor seolah dibenarkan dengan cara para anak
lelaki itu menatap pantat, perut dan bahkan buah dada Melita yang sudah tumbuh
itu.
“Gimana rencana buat
perpisahan sama teman-teman?” Tanya Melita kepada Putra, dan pemuda ini
memberikan kode kepada salah satu temannya untuk bicara.
“Jangan khawatir,
semua udah kita urus kok cantik. Kita bakalan ajak pacar kita masing-masing
untuk bernostalgia sekaligus piknik di hutan wisata diluar kota.” Sahut salah
seorang teman Asiongyang bernama Rino. Rino ini berbadan gemuk dan tidak begitu
tinggi namun walaupun begitu dia adalah anak seorang pengusaha yang lumayan
sukses.
“Kamu bisa ikut kan
Lan?” Tanya Asiongkepada gadis cantik itu, dan Melita menjawabnya dengan
anggukan gembira.
Dia teringat dengan
perkataan Asiongbahwa dia akan mendapatkan kejutan pada acara perpisahan dengan
teman-teman kumpulnya selama ini. Dia selalu menebak-nebak apa yang akan
diberikan pemuda ini kepadanya.
Akhirnya hari yang
ditentukan untuk acara perpisahan datang juga. Sabtu siang Putra, Melita dan 3
pasang anak SMA yang lain berangkat untuk menuju keluar kota, ke sebuah hutan
wisata yang letaknya tidak begitu jauh dari batas kota. Dalam waktu kurang dari
setengah jam mereka tiba di kawasan hutan lindung itu dan segera saja mereka
menyusuri jalan kecil yang membelah hutan itu untuk menemukan lokasi yang
sesuai untuk berkumpul. Akhirnya setelah beberapa saat mencari, Rino memberikan
komando bahwa dia telah menemukan spot yang asyik untuk mereka berdelapan.
“Kok lewat jalan
kecil?” Tanya Melita ketika Asiongmelajukan sepeda motornya menembus rimbunnya
hutan dengan sepeda motor miliknya dan melewati jalan setapak yang belum
diaspal, jalan ini lebih kecil dibandingkan dengan jalan utama yang membelah
hutan yang barusan mereka lewati.
Asiongmemperlambat
laju kendaraan bermotornya dan akhirnya berhenti ketika Rino dan temannya yang
lain juga berhenti. Mereka telah tiba di daerah perbatasan antara hutan dengan
perkebunan strawberry dan perkebunan kajuput (bahan pembuat minyak kayu putih).
Dari kejauhan tampak sungai membelah kawasan hutan itu dan hanya di hubungkan
dengan sebuah jembaan kecil yang hanya mampu dilewati satu sepeda motor secara
bergantian saja.
Lokasi ini cukup datar
dan semaknya sedikit dimana terdapat dua gazebo tua yang tak terawat yang
dulunya diperuntukkan sebagai lokasi peristirahatan wisata namun karena
anggaran pemerintah kota tidak mencukupi maka proyek dihentikan sementara gazebo
dan perlengkapan lainnya ditinggal begitu saja tanpa diurus sehingga sekarang
terlihat tak terawat padahan gazebo itu cukup besar dan nyaman.
Di tiang-tiang gazebo
ini terdapat coretan tangan-tangan jahil yang kebanyakan adalah anak sekolah
yang dulunya menggunakan tempat itu untuk indehoy bersama dengan pasangannya
masing-masing. Tapi sepertinya Melita belum paham dengan situasi tempat itu dan
maih adem ayem saja.
“Disini yah?” tanyanya
lagi kepada kekasihnya dan Asiongmengangguk lalu mengajak Melita untuk menuju
kesebuah gazebo dan membersihkan kursi dari semen yang kotor akan daun-daunan
itu sehingga mereka dapat duduk disana.
“Kamu cantik sekali
hari ini sayang.” Perkataan manis itu meluncur begitu saja dari mulut Asiongyang
sedetik kemudian dia merangkul Melita dan memangkunya dipahanya. Sementara Melita
tidak berusaha untuk melepaskan dekapan Asiongdari belakang walaupun dalam hati
dia malu tapi dia juga mau.
“Kita mau apa sih
sebenarnya kemari? Nggak ada apa-apa disini sayang.” Ucap Melita memecah kebuntuan
pembicaraan antara mereka berdua.
Asiongyang asyik
membelai-belai rambut gadis cantik ini kemudian menjawabnya, “Aku ingin berdua
saja denganmu, lagipula nanti kalau kamu memutuskan untuk kuliah, aku kan susah
untuk ketemu kamu lagi karena ayahku tidak memiliki biaya untuk mengantarkan
aku ke jenjang mahasiswa.
Lihat saja Rino dan
Agung, mereka juga berperasaan sama denganku. Rino akan disuruh kuliah diluar
kota sementara Agung udah didaftarkan ke sebuah institut terkenal di Jogja.
Kita nggak akan ketemu lagi dalam waktu yang lama sayang. Aku cuma ingin untuk
melepaskan waktu-waktu terakhir kita sebagai orang bebas. Kamu mau kan?” rajuk
pemuda ini kepada Melita dan gadis ini tersenyum lalu mengangguk. Dalam hati Melita,
dia sangat yakin bahwa kekasihnya ini benar-benar mencintainya.
Hari mulai sore dan
matahari mulai memerah pertanda akan segera tenggelam. Seolah tidak rela dengan
kepergian sang mentari, Melita memeluk kedua tangan Asiongyang kali ini masih
merangkulnya dari belakang. Seolah tahu kalau gadisnya itu masih ingin berdua
saja dengannya, Asiongmenyuruh teman-temannya untuk pergi terlebih dahulu
ketika mereka mengajak Asiongdan Melita untuk pulang. Sekarang tinggal berdua
sendiri ditengan hutan wisata itu.
“Aku tidak ingin
berpisah denganmu bidadariku.” Asiongmembisikkan kata-kata itu sembari
mendekatkan bibirnya kearaha telinga Melita dan sedetik kemudian dia mengecup
pipi dan leher Melita lembut.
Gadis ini menoleh ke
belakang untuk mengatakan sesuatu tetapi langsung dibungkam mulutnya dengan
ciuman mesra dari Putra. Ciuman pertamanya dalam sejarah hidup seorang Melita.
Entah karena terbawa oleh situasi yang sejuk dan sepi, Melita membalas ciuman Asiongitu
dengan tak kalah mesranya dan dengan posisi masih dipangku kekasihnya dan
membelakangi Putra, Melita tak lepaskan ciuman pacarnya itu.
Jemari nakal Asiongmulai
meraba-raba payudara Melita yang masih terbungkus baju sekolah itu dan satu
persatu kancing bajunya mulai terbuka hingga sekarang baju sekolah itu terbuka
lebar mempertontonkan payudara putih Melita yang dibalut dengan bra warna krem.
Seperti tersihir saja, Melita sepertinya tidak sadar bahwa sekarang buah
dadanya nyaris telanjang.
Merasa mendapatkan
lampu hijau, Asionglalu mengarahkan tangannya yang sudah mulai lebih nakal itu
kearah punggung Melita dan melepaskan kaitan bra gadis cantik itu sehingga
dengan mudah sekarang Asiongdapat menguak bra milik pacarnya itu keatas dan
sekarang terlihat sudah payudara Melita tanpa penutup apapun lagi. Ini adalah
kali pertamanya bagi Melita menunjukkan buah dadanya didepan pemuda yang bukan
keluarganya.
Sembari kedua mulut
pasangan itu saling berpagutan satu sama lain, kedua tangan Asiongmulai
menjelajahi bukit kembar gadis ini untuk mendapatkan kepuasan sebagai seorang
pria. Buah dada ranum milik Melita diremasnya berulang-ulang hingga kedua
putingnya mengeras. Dan tak hanya itu saja, pemuda ini juga memilin-milin
puting Melita dengan gemasnya hingga sesekali gadis ini harus menghentikan
ciumannya untuk mendesah, entah karena rasa sakit ataupun rasa nikmat yang
tiada tara.
“Aaachh… Putra, udah!
Aku nggak mau nanti kita kebablasan.” Seru Melita mencergah tangan Asiongyang
menyelusupi pahanya dari balik rok seragam abu-abunya.
Namun Asiongtak peduli
dan menepiskan tangan Melita yang mencekal tangannya dan langsung mengarahkan
ke pangkal paha gadisnya itu sehingga menyentuh bagian vital Melita yang masih
terbungkus celana dalam warna putih itu. Bagian vital yang belum pernah dia
tunjukkan kepada siapapun juga bahkan kepada kekasihnya yang terdahulu.
Jemari Asiongmerasakan
adanya cairan yang membasahi celana dalam kekasihnya itu. Walaupun masih
perawan tetapi Melita tetaplah seorang gadis normal biasa yang tidak bisa
menahan godaan sensasi apabila terus dirangsang habis-habisan oleh pacarnya.
Sekarang vagina gadis cantik ini sudah basah akan cairan kewanitaannya sendiri.
Melita sadar bahwa dia sudah melangkah terlalu jauh dan berusaha untuk
membebaskan dirinya dari rangkulan Asiongnamun gagal karena Asiongsudah tidak
dapat lagi melepaskan momen yang ditunggu-tunggunya selama ini.
Dengan setengah
memaksa, pemuda ini melepaskan bra dan baju seragam SMA yang dikenakan oleh Melita
dari arah belakang lalu membuangnya jauh-jauh agar tidak dapat direbut lagi
oleh Melita. Rasa malu pun mendera wajah Melita yang sekarang berubah merah
padam melihat dirinya sekarang nyaris telanjang dengan payudara yang
menggelantung bebas walaupun dia berusaha menutupinya dengan menyilangkan kedua
lengannya tetapi tetap saja pandangan mata liar Asiongdapat menembus sela-sela
lipatan tangan itu.
“Putra! Apa-apaan kamu
ini? Katanya kamu sayang sama aku, kok gini jadinya?” gadis cantik ini mulai
meneteskan air matanya memohon agar Asiongmau berhenti dan tidak memaksanya
lagi.
“Lha inilah bukti
sayangku kepadamu Lan. Aku sayang sama kamu dan aku butuh kamu selalu menjadi
milikku selamanya.” Sahut Asionglalu mendekap Melita dari depan dengan erat.
Berbagai ucapan manis
dilontarkan oleh pemuda ini dan akhirnya Melita luluh juga hatinya dan membuka
silangan tangannya hingga sekarang payudara montok itu terlihat kembali.
“Kamu benar-benar
sempurna sayang. Buah dadamu benar-benar sangat indah luar biasa.” Ucap Asionglalu
meremas-remas lagi buah dada Melita dengan mesra dan mulutnya pun tak mau
ketinggalan.
Jilatan dan sedotan
juga pilinan jemari nakal Asiongseolah membuat Melita terbang ke angkasa. Dia
yang sebelumnya anti dengan hal semacam ini sekarang menjadi menikmati. Hilang
sudah rasa takut dan rasa malunya yang tadi sempat mendera hatinya dan berganti
sudah dengan keinginan untuk merasakan kenikmatan total bersama dengan pacarnya
sekarang ini.
“Aaachh… Putra… eemhhh…”
desahan demi desahan Melita yang seksi itu membahana di sekeliling gazebo tanpa
takut bahwa akan ada orang yang menyaksikan perbuatan kedua sejoli itu karena
memang lokasi itu berada ditengah hutan sementara perkebunan yang berada
didekat mereka masih belum waktunya panen sehingga jarang dikunjungi petani.
Tak butuh waktu lama
bagi Asionguntuk melancarkan aksi susulan. Ketika Melita masih dibuai dengan
kenikmatan cumbuannya terhadap buah dada gadis cantik itu, Asiongmengarahkan
jemarinya yang sudah terampil itu menelusuri paha Melita dan mengaitkan jemari
kedua tangannya ke celana dalam kekasihnya itu dan menariknya kebawah. Dalam
hitungan detik saja, celana dalam Melita sudah jatuh ketanah. Gadis ini kaget
tapi belum sempat dia protes, Asiongkembali mencumbu bibirnya sehingga membuat Melita
tak dapat berkata apa-apa lagi.
Sembari menciumi Melita,
salah satu tangan Asiongmeremas-remas payudaranya sementara tangan yang lain
menelusuri vagina gadis cantik ini yang sudah basah. Sesekali Melita merintih
sakit apabila tusukan jemari Asiongterlalu dalam sehingga menyentuh bagian
dalam labia minora gadis cantik ini.
“Jangan Putra! Aku
masih perawan.” Seru Melita tapi sekali lagi bujuk rayu Asiongnampaknya cukup
ampuh untuk membendung penolakan Melita terhadap perlakuannya itu.
Diturunkannya
resleting celana abu-abu pemuda ini lalu dipelorotkan kebawah beserta dengan
celana dalamnya sendiri dan saat itu juga terpampang dengan jelas dimata Melita
penis seorang pemuda remaja yang sudah ereksi sedari tadi. Bahkan diujungnya
sudah mengeluarkan cairan pelumas siap untuk mengendarai liang kewanitaan
gadisnya itu.
“Aachhh.. Putra. Kamu
mau apa?” serunya ketika melihat batang kejantanan itu disodorkan kearah Melita
dan memaksa kedua tangan Melita itu untuk memegangnya.
Awalnya agak grogi dan
risih juga ketika Melita menyentuh benda asing milik pria itu, namun setelah
beberapa saat dia sudah mulai biasa bahkan mulai menuruti kata-kata Asionguntuk
mengocoknya.
Dengan servis tangan
sepertinya Asiongmasih merasakan kurang puas, lalu dengan sigap dia menarik rok
abu-abu milik Melita kearah atas sehingga vagina gadis itu terlihat olehnya
dengan jelas. Bulu-bulu lembut dan jarang menghiasi vagina gadis cantik ini. Asionglalu
mengarahkan batang kejantanannya kearah lubang kenikmatan itu dengan posisi
setengah berdiri sementara tangannya yang lain mendorong tubuh Melita agar
bersandar ke tiang utama gazebo yang berbentuk kotak besar itu.
Pemuda ini
menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Melita sehingga sesekali bibir
kemaluan gadis cantik itu terbuka dan ketika sudah cukup basah, pemuda ini
mendorongkan batang kejantanannya itu kearah vagina Melita dan menguak
menerobos bibir kemaluan pacarnya tersebut.
“Sakit… aduh… Putra!
Hentikan! Sudah! Aku sudah tidak tahan… sakittt… aaachh…!” racau Melita sembari
berusaha melepaskan diri dari dekapan Asiongnamun sia-sia.
Pemuda kekasihnya itu
sudah lebih mirip binatang ketika memaksakan penisnya untuk melabrak lubang
senggama gadis cantik ini.
“Aachhh… sakit! Sudah
hentikan! Sakit…” desak Melita.
Tapi apa daya karena Asiongsudah
kesetanan dan dengan teganya dia melakukan penetrasi paksa kepada liang vagina
yang masih perawan tersebut hingga dalam satu sodokan kasar akhirnya batang
kejantanannya sudah berhasil merobek selaput dara Melita dan membenamkan seluruh penisnya
kedalam liang senggama gadis cantikitu. Seiring dengan lolongan sakit Melita,
benda haram yang tumpul itu telah berhasil terbenam didalam liang kewanitaan
dara manis ini.
“Melita. Kamu
benar-benar cantik. Memang rasanya luar biasa kalau ngentotin cewek secantik
kamu” ucap Asiongyang kemudian tanpa memberikan waktu untuk Melita mengambil
nafas langsung saja melakukan sodokan-sodokan liarnya memompa liang kewanitaan
gadis malang ini.
Melita menangis
tersedu setelah mengetahui dirinya sudah tidak lagi perawan bahkan kekasihnya
sepeti lebih memperdulikan kenikmatan bercintanya dibandingkan perasaannya
pacarnnya sendiri.
Selama sepuluh menit,
penis Asiongmenyodoki lubang vagina Melita tanpa ampun walaupun seringkali
gadis cantik ini meminta agar Asiongberhenti sejenak karena dia merasakan rasa
sakit namun tidak digubris oleh pemuda ini dan terus melakukan pompaannya tanpa
lelah.
Tubuh Melita yang
setengah berdiri bersandar di balok kayu besar yang menjadi penyangga utama
gazebo itu, terhentak-hentak tiap kali Asiongmempercepat goyangan pinggulnya
dan sekarang tubuh molek gadis cantik ini seolah tak bernyawa saja. Payudaranya
yang berulang kali diciumi Asiongsecara kasar sudah mulai memerah karena
perlakuan kasar kekasihnya itu.
Tak ada lagi desahan
kenikmatan, yang ada hanyalah rintihan tiap kali Asiongmelakukan sodokan kasar
kepadanya. Dirinya diperlakukan Asiongtak ubahnya seperti barang atau benda
mati yang hanya dibutuhkan vaginanya sebagai alat pemuas nafsu pemuda ini saja.
“Melita! Ahh… sayang…
aaahh…” seru Asiongyang lalu mengejang tubuhnya.
Sperma miliknya
membasahi liang senggama Melita dan menetes keluar seiring dengan saat dia
mencabut batang kejantanannya tersebut dari vagina kekasihnya itu.
“Kamu benar-benar
memuaskan Lan. Kapan-kapan lagi yah. Sekarang kamu kan udah nggak perawan jadi
kalo mau bercinta berapa kali nggak apa-apa.” Ucapnya sembari membelai rambut
panjang kekasihnya yang masih terduduk lemas itu.
Melita hanya diam
saja, dia tahu kalau belaian itu adalah tipuan, tapi walau begitu dia masih
berharap bahwa ini hanyalah mimpi atau setidaknya dia ingin agar Asiongtidak
meninggalkannya.
Akhirnya setelah
bermesraan selama satu setengah jam lebih, mereka berdua berboncengan kembali
kerumah masing-masing. Melita yang baru saja kehilangan keperawanannya menjadi
susah untuk berjalan karena jalannya menjadi agak ngangkang akibat perlakuan
kasar dari Asiongpada vagina yang selama ini dijaganya dengan hati-hati. Yang
tersisa sekarang hanyalah gazebo tua yang menjadi saksi percintaan mereka
berdua yang di bangkunya tercecer noda darah perawan seorang Melita dan sperma
milik Putra.
Post a Comment