Cerita Dewasa Fenny Janda Muda Yang Bohay
Cerita Dewasa Fenny Janda Muda Yang Bohay
DominoQQ-Cerita Dewasa-Nama saya Jimmy, seorang pria berumur 27 tahun dengan tampang biasa-biasa saja. Dalam cerita ini, akan saya ceritakan pengalaman saya bersenggama dengan janda muda.
Cerita Dewasa Fenny Janda Muda Yang Bohay |
DominoQQ-Cerita Dewasa-Nama saya Jimmy, seorang pria berumur 27 tahun dengan tampang biasa-biasa saja. Dalam cerita ini, akan saya ceritakan pengalaman saya bersenggama dengan janda muda.
Peristiwa itu bermula
ketika saya berkeinginan untuk mencari tempat kost di Semarang. Pada saat itu,
pencarian kost-kostan ternyata membuahkan hasil. Setelah saya menetap di tempat
kost yang baru, saya berkenalan dengan seorang wanita, sebut saja namanya Fenny.
Usia Fenny saat itu baru menginjak 30 tahun dengan status janda beranak satu.
Perkenalan kami
semakin berlanjut. Pada saat itu, saya baru saja habis mandi sore. Saya melihat
Fenny sedang duduk-duduk di kamarnya sambil nonton TV. Kebetulan, kamar saya
dan kamarnya bersebelahan. Sehingga memudahkan saya untuk mengetahui apa yang
dia perbuat di kamarnya.
Dengan hanya
mengenakan handuk, saya mencoba menggoda Fenny. Dengan terkejut ia lalu
meladeni olok-olokan saya. Saya semakin berani mengolok-oloknya. Akhirnya ia
mengejar saya. Saya pura-pura berusaha mengelak dan mencoba masuk ke kamar
saya. Eh.. ternyata dia tidak menghentikan niatnya untuk memukul saya dan ikut
masuk ke kamar saya.
“Awas kau… entar
kuperkosa baru tahu” gertaknya.
“Coba kalau berani”
tantangku penuh harap.
Saya menatap matanya,
saya lihat, ada kerinduan yang selama ini terpendam, oleh jamahan lelaki.
Kemudian, tanpa dikomando ia menutup kamar saya. Saya yang sebenarnya juga
menahan gairah tidak membuang-buang kesempatan itu.
Saya meraih tangannya,
Fenny tidak menolak. Kemudian kami sama-sama berpagutan bibir. Ternyata, wanita
cantik ini sangat agresif. Belum lagi saya mampu berbuat lebih banyak, ternyata
ia menyambar handuk yang saya kenakan. Ia terkejut ketika melihat kejantanan
saya sudah setengah berdiri. Tanpa basa-basi, ia menyambar kejantanan saya
serta meremas-remasnya.
“Ooh… ennaaakk…
teruss…”
desisan saya ternyata
mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh. Tiba-tiba ia berjongkok, serta
melumat kepala penis saya.
“Uuh… sshhh… Auhh…
Nikmmaat…”
Ia sangat mahir
seperti tidak memberikan kesempatan kepada saya. Dengan semangat, ia terus
mengulum dan mengocok penis saya. Saya terus dibuai dengan sejuta kenikmatan.
Sambil terus mengocok, mulutnya terus melumat dan memaju-mundurkan kepalanya.
“Ooh… aduhh…” teriakku
kenikmatan.
Akhirnya hampir 10
menit saya merasakan ada sesuatu yang mendesak hendak keluar dari penis saya.
“Ooh… tahaannn… sshhh…
Uuh… aku mau kkeluaar… Ohh…”
Dengan seketika
muncratlah air mani saya kedalam mulutnya. Sambil terus mengocok dan mengulum
kepala penis saya, Fenny berusaha membersihkan semua mani yang masih tersisa.
Saya merasakan nikmat yang luar biasa. Fenny tersenyum, lalu saya mencium
bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya terus dimasukkan ke dalam mulut
saya. Saya sambut dengan mengulum dan menghisap lidahnya.
Perlahan-lahan
kejantanan saya bangkit kembali. Kemudian, tanpa saya minta, Fenny melepaskan
seluruh pakaiannya termasuk bra dan CDnya. Mata saya tak berkedip. Buah dadanya
yang montok berwarna putih mulus dengan puting yang kemerahan terasa menantang
untuk saya lumat. Saya remas-remas lembut payudaranya yang semakin bengkak.
“Oohhh… Teruss Stev…
Teruss…” desahnya.
Saya hisap-hisap
putingnya yang mengeras, sementara tangan kiri saya menelusuri pangkal pahanya.
Akhirnya saya berhasil meraih belahan yang berada di celah-celah pahanya.
Tangan saya mengesek-geseknya. Desahan kenikmatan semakin melenguh dari
mulutnya. Kemudian ciuman saya beralih ke perut dan terus ke bawah pusar. Saya
membaringkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dikomando, saya sibakkan pahanya. Saya
melihat vaginanya berwarna merah muda dengan bulu hitam yang tidak begitu
tebal. Dengan penuh nafsu, saya menciumi memeknya dan saya jilati seluruh bibir
kemaluannya.
“Ohh… teruss Stev…
Aduhh… Nikmat…”
Saya terus
mempermainkan klitorisnya. Seperti orang yang sedang mengecup bibir, bibir saya
merapat dibelahan vaginanya dan saya mainkan lidah saya yang terus
berputar-putar di kelentitnya seperti ular cobra.
“Stev… ooohh… teruss
sayang… Oohhh…”
Desis kenikmatan yang
keluar dari mulutnya semakin membuat saya bersemangat. Saya sibakkan bibir
kemaluannya tanpa menghentikkan lidah dan sedotan saya.
“Ooh… nikmat… teruss…
teruss…” teriakannya semakin merintih.
Tiba-tiba ia
menekankan kepala saya ke memeknya, saya hisap kuat lubang memeknya. Ia
mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari memeknya semakin banyak.
“Aduhh… aku…
keluuaarr… ooh… ooohh…”
Ternyata Fenny
mengalami orgasme yang dahsyat. Sebagaimana yang ia lakukan kepada saya, saya
juga tidak menghentikan hisapan serta jilatan lidah saya dimemeknya. Saya
menelan semua cairan yang keluar dari memeknya. Terasa sedikit asin tapi
nikmat. Fenny masih menikmati orgasmenya, dengan spontan, saya memasukkan penis
saya ke dalam memeknya yang basah. Blesss…
“Ohh… enaakk…”
Tanpa mengalami
hambatan, penis saya terus menerjang ke dalam lembutnya vagina Fenny.
“Ooohh… Fenny… sayang…
enakk…”
Batang penis saya sepeti
dipilin-pilin. Fenny yang mulai bergairah kembali terus menggoyangkan
pinggulnya.
“Ohh… Stev… terus…
sayang… Mmhhh…”
Saya hujamkan penis
saya lebih dalam lagi. Sekitar 10 menit saya menindih Fenny. Lalu ia meminta
agar saya berada di bawah.
“Kamu dibawah ya
sayang…” bisiknya penuh nikmat.
Saya hanya pasrah.
Tanpa melepaskan hujaman penis saya dari memeknya, kami merubah posisi. Dengan
semangat menggelora, penis saya terus digoyangnya. Fenny dengan hentakan
pinggulnya yang maju-mundur semakin menenggelamkan penis saya ke liang
memeknya.
“Oh… remas dadaku
sayang… terus… oohhh… sayang… enaaakk…” erangan kenikmatan terus keluar dari
mulutnya.
“Oh… Fenny… terus
goyang sayang…” teriakku memancing nafsunya.
Benar saja. Kira-kira
15 menit kemudian goyangan pinggulnya semakin dipercepat. Sembari pinggulnya
bergoyang, tangannya menekan kuat ke arah dada saya. Saya mengimbanginya dengan
menaikkan pinggul saya agar penis saya menghujam lebih dalam.
“Jimmy… Aaahh… aku…
Keluuaarr… sayang… Ooohh…”
Ternyata Fenny telah
mencapai orgasme yang kedua. Saya semakin mencoba mengayuh kembali lebih cepat.
Karena sepertinya otot kemaluan saya sudah dijalari rasa nikmat ingin
menyemburkan sperma. Kemudian saya membalikkan tubuh Fenny, sehingga posisinya
di bawah. Saya menganjal pinggulnya dengan bantal. Saya memutar-mutarkan
pinggul saya.
“Ooh… Fenny…
nikmatnya… aku keluuaaarr…”
Croott… crooott…
croottt… Saya tidak kuat lagi mempertahankan seperma saya. Dan langsung saja
memenuhi liang vagina Fenny.
“Oh… Stev… kamu begitu
perkasa”
Telah lama aku
menantikan hal ini. Ujarnya sembari tangannya terus mengelus punggung saya yang
masih merasakan kenikmatan karena Fenny memainkan otot kemaluannya untuk
meremas-remas penis saya.
Kemudian, tanpa saya
komando, Fenny berusaha mencabut penis saya yang tampak mengkilat karena cairan
sperma saya dan cairan memeknya. Dengan posisi 69, kemudian ia meneduhi saya
dan langsung mulutnya bergerak ke kepala penis saya yang sudah mulai layu. Saya
memandangi lobang memeknya. Fenny terus mengulum dan memainkan lidahnya penis
saya. Tangan kanannya terus mengocok-ngocok batang penis saya. Sesekali ia
menghisap dengan keras lobang penis saya. Saya merasa nikmat dan geli.
“Ooohh… Fenny… geli…”
desahku lirih.
Namun Fenny tidak
peduli. Ia terus mengecup, mengulum dan mengocok-ngocok penis saya. Saya tidak
tinggal diam, cairan rangsangan yang keluar dari vagina Fenny membuat saya
bergairah kembali. Saya kemudian mengecup dan menjilati lubang memeknya.
Kelentitnya yang berada di sebelah atas tidak pernah saya lepaskan dari jilatan
lidah saya. Saya menempelkan bibir saya dikelentit itu.
“Ooh… Stev… nikmat…
Ooohh…” desisnya.
Fenny menghentikan
sejenak aksinya karena tidak kuat menahan kenikmatan yang saya berikan.
“Oh.. Terusss…”
desahnya sembari kepalanya berdiri tegak.
Kini mememeknya
memenuhi mulut saya. Ia menggerak-gerakkan pinggulnya.
“Ohh… yaahh… teruss…
oh… ooohh…” saya menyedot kuat lobang vaginanya.
“Stev… aku… ohh…
keluuaaarr… ssshhhh…”
Ia menghentikan
gerakannya, tapi saya terus menyedot-nyedot lobang memeknya dan hampir senmua
cairan yang keluar masuk kemulut saya. Kemudian dengan sisa-sisa tenaganya,
penis saya kembali menjadi sasaran mulutnya. Saya sangat suka sekali dan
menikmatinya. Saya akui, Fenny merupakan wanita yang sangat pintar
membahagiakan pasangannya. Fenny terus menghisap dan menyedoti penis saya
sembari mengocok-ngocoknya. Saya merasakan nikmat yang tiada tara.
“Fenny… Terusss…
oohhh…” rintihku menahan sejuta kenikmatan. Fenny terus mempercepat gerakan
kepalanya.
“Au… Fenny… aku…
keluuarrr… oohh…”
Croott… crooott…
Croot… Mani saya tumpah kedalam mulutnya. Sementara Fenny seakan tidak
merelakan setetespun air mani saya menetes keluar.
“Terima kasih sayang…”
ucapku.
Saya merasa puas. Ia
mengecup bibir saya.
“Stev… mungkinkah
selamanya kita bisa seperti ini. Aku sangat puas dengan pelayananmu. Aku tidak
ingin perbuatan ini kamu lakukan dengan wanita lain. Aku sangat puas. Biarkan
aku saja yang menerima kepuasan ini.” Saya hanya terdiam.
Sejak saat itu, saya
sering meniduri Fenny di kamarnya, selalu dalam keadaan telanjang bulat,
terkadang dia juga tidur di kamar saya, tentu saja dengan mengendap-endap.
Terkadang, kami tidur saling tumpang tindih, membentuk posisi 69, saya tertidur
dengan menghirup aroma segar kemaluannya, sedangkan Fenny mengulum penis saya.
Dikala pagi, penis saya selalu ereksi, diemut-emutnya penis saya yang ereksi
itu, sementara saya dengan cueknya tetap tidur sambil menikmati oralnya,
terkadang saya jilati kemaluannya karena gemas.
Post a Comment